Buku Tentang Peristiwa Bom Mariott Yang Memberi Pelajaran kepada Kita Betapa Indahnya Sikap Memaafkan

jakarta, gerbangdesanews.com-Peristiwa Bom yang diledakkan di depan Hotel JW Mariott pada tahun 2003 lalu, meninggalkan kenangan pahit bagi bangsa Indonesia pada umumnya, dan keluarga penyintas pada khususnya. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2003 ini nyaris dilupakan. Untuk mengingat kembali peristiwa tersebut, Jumat 5 Agustus 2022 diadakan seremoni agar masyarakat tetap ingat untuk terus meningkatkan kewaspadaan, dan secara masif membangun pemikiran yang berorientasi kepada wawasan kebangsaan, khususnya deredikalisasi dan kontra terorisme.
Di hari yang sama, setelah seremoni yang diadakan di titik meledaknya bom tersebut di area lobby hotel, para tamu undangan dan insan pers yang hadir diarahkan menuju lantai 2, Ballroom Hotel untuk menyaksikan peluncuran buku dari salah seorang penyintas Bom Mariott tersebut, Toni Soemarno. Pada saat kejadian, Toni yang kala itu sedang duduk di lobby hotel tiba-tiba mendengar ledakan hebat disertai merambatnya api menuju ke arahnya. Refleks tangannya melindungi muka, sehingga api menjilat kedua tangannya yang menyebabkan cacat permanen. Selang beberapa detik, rantai penggantung Chandelier di langit-langit hotel jatuh menimpa kepalanya.
Toni langsung menuju halaman hotel, mencari taksi untuk menuju rumah sakit terdekat, yaitu rumah sakit Jakarta. beberapa taksi tidak mau berhenti karena melihat wajah Toni yang berlumuran darah, dengan tangan yang tampak luka bakar. Sampai di Rumah Sakit, ternyata sudah dipenuhi oleh korban yang baru saja berdatangan ke UGD Rumah Sakit tersebut. Sejak hari itu, hingga delapan bulan ke depan, Toni merasakan penderitaan yang amat sangat, hingga setelah keluar rumah sakit, berbagai masalah sudah menantinya karena tidak bekerja lagi. Niat untuk mengakhiri hidupnya terhanti ketika Ibunya memberi pemahaman nilai-nilai kehidupan terkait masa depan anak-anak dan keluarganya.
Tentunya trauma begitu membekas dan meninggalkan dendam terhadap pelaku bom. Dengan mengubah pola pikir, dan dukungan teman-teman dekatnya, salah satunya Ron Mullers yang dikenal sebagai pemilik Papa Ron’s Pizza dan Amigos, yang juga hadir memberi sambutan di akhir acara, satu persatu masalah yang dipikulnya pun dapat selesai dengan baik.
Langkah yang dilakukan oleh Toni adalah memaafkan para pelaku Bom yang sekarang dalam status terpidana di lapas-lapas dan rutan. Toni memiliki sebuah keyakinan, dengan memaafkan orang atau pihak yang menyakiti serta menzalimi kita, kita akan terbebas dari beban berat, dan kita akan mencapai ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan.
Nilai moral yang Toni sampaikan kepada publik tentang hal tersebut adalah sebuah kebesaran Jiwa, dimana sikap memaafkan dan sikap meminta maaf menyatu akan melahirkan kedamaian. Disitulah letak The Power of Forgiveness, sebuah kekuatan yang besar atas sikap memaafkan, jiwa yang legowo, ikhlas dan tulus. Buku yang ditulis dengan judul yang sama tentang kekeuatan memaafkan tersebut memberikan inspirasi bagi masyarakat secara umum. Bukan hanya dalam kasus Bom saja, dalam kasus apapun juga, nilai memaafkan akan membawa kedamaian bagi semua pihak.
Sambutan demi sambutan disampaikan oleh para tokoh terkait, seperti Komjen Pol Boy Rafli Ammar Kepala Badan nasional Penanggulangan Teroris, yang ternyata dulu saat kejadian terlibat langsung dalam penyidikannya. Kepala Kantor Staf Kepresidenan jenderal TNI Purn Moeldoko juga memberikan pendapat yang sama, namun memberi tambahan sebuah nilai yang harus kita pegang saat ini yaitu sikap Waspada, karena kejadian Terorisme tidak dapat kita duga kapan, dimana dan siapa pelaku dan targetnya. Senada juga dengan sambutan tertulis Mendagri dari Staf Khusus Mendagri Tito Karnavian, Kombes Pol Dr. Koirudin Hasibuan, yang juga anggota Densus 88, yang berharap agar dengan mengingat peristiwa pahit ini, jangan sampai terulang.
Tampak hadir di deretan table paling depan para tamu undangan, Mayjen Pol (P) Sidarto Danusubroto, dari Dewan Pertimbangan Presiden RI, Budi Suryanto, SH, MH, MSi dari Kementerian ATR/BPN, Ron Mullers pengusaha yang sangat aktif dalam kegiatan kemanusiaan, Mayjen TNI Budi Pramono, yang dikenal sebagai salah satu tokoh Intelijen TNI, Susilaningtyas, SH, MH, dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, Kombes Pol Dayan Victor Immanuel, Kasatgas Densus 88 Wilayah DKI Jakarta, Ruly Rahadian yang dikenal sebagai Pengamat Perang Asimetris dan Kontra Radikalisme/Terorisme.
Di deretan belakang cukup ramai dihadiri para insan pers yang begitu antusias mengikuti jalannya acara hingga selesai. Berbagai media yang meliput acara ini cukup banyak, termasuk media-media lokal, nasional dan internasional. Tampak pula hadir beberapa aktivis, termasuk artis lawas Ida Leman, dan Ketua Ormas Gemantara dan koordinator media lokal, Tenor Amin Susanto.
Acara yang diakhiri dengan membagikan buku The Power of Forgiveness ini, dengan menyelesaikan sesi talkhow yang menghadirkan Toni Soemarno sendiri sebagai Penulis Buku, Nasir Abbas, lelaki berkebangsaan Malaysia yang pernah menjadi Ketua 3 Mantiki yang notabene adalah Guru para teroris, Ali Imron terpidana seumur hidup yang kini aktif syiar tentang salahnya langkah para teroris yang berjihad dengan menggunakan Agama untuk melakukan sebuah kekejian, dipandu oleh Akademis dari Universitas Indonesia, Sapto Priyanto.
Nilai ajar yang didapat dalam rangkaian acara tersebut adalah, sikap memaafkan merupakan nilai-nilai mulia kemanusiaan yang dapat mencapai rasa ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan, yang tentunya akan berdampak langsung pada kehidupan berbangsa dan bernegara, serta sudah menjadi bagian dari nilai Ideologi bangsa kita, Pancasila.